(part 2)
Mobil truk TNI yang
akan dipakai untuk mengangkut Peserta LDKS sudah terparkir di halaman sekolah.
Begitupun mobil bak yang digunakan untuk mengangkut barang. Para peserta LDKS
diminta untuk memegang telur bebek masing-masing. Kak Satya, senior OSIS
mengarahkan peserta LDKS untuk naik ke
dalam truk TNI.
Ternyata, udara di dalam truk TNI sangat pengap. Entah
karena kelebihan muatan, atau memang seperti itu. Aku duduk sambil berhimpit-himpitan.
Lantai truk pun dipenuhi dengan peserta LDKS laki-laki. Kebetulan, Haikal duduk
di depan kakiku. Tubuhnya yang besar menyandar di kakiku dan `membuatku tidak
bisa bergerak sama sekali.
“Kal,
badan lo berat banget sih, gue gak bisa gerak nih!”
Haikal
pun meringis. “Hehehe, maaf deh. Tapi asli, gue juga gak bisa gerak. Jadi tahan
aja ya Rei.”
Aku hanya cemberut.
Truk mulai melaju meninggalkan halaman sekolah. Akhirnya
rasa pengap sudah berganti dengan semilir udara yang sejuk. Kulihat
sekelilingku. Ah, rupanya Haikal tertidur. Ia bersandar di kakiku. Rambut
hitamnya berantakan tertiup angin. Untuk
mengusir rasa bosan, aku mengambil headset dan memasangkannya ke telingaku. Soundtrack
anime AnoHana pun mengalun lembut.
“Kimi
to natsu no owari, shourai no yume, ookina kibou watsurenai, juunen go no
hachigatsu matta deaeru no shinjite.. saikou no.. omoi de wo..”
Truk semakin
melaju dengan kencang. Jalanan pun semakin berkelak-kelok.Udara sejuk khas
pegunungan mulai mengisi setiap sudut truk. Banyak peserta LDKS yang mabuk
perjalanan. Untung saja aku tidak mabuk. Kupandangi wajah Haikal. Ah, dia masih
tertidur pulas. Kalau begini, aku hanya diam. Aku tidak terbiasa mengobrol
dengan orang lain, kecuali Haikal. Haikal kan bukan orang lain. Ia sahabatku
sejak kecil.
“Bosen
ya?” Haikal membuka matanya.
Jantungku berdegup kencang. Selalu saja ia mengagetkanku.
Kalau saja ini bukan di truk, pasti aku sudah menjitak kepalanya.
“Heei, kok bengong sih?” ucap Haikal.
“Siapa yang bengong, gue tadi kaget tau!” jawabku
buru-buru. Sial! mengapa jantungku terus berdegup?
“Aduh
Kal, gue.. gue mual nih!” ucapku sambil menutup mulut.
“Yaah, jangan Mabuk dong Rei! Nih gue bawa minyak
aromatherapy. Sebentar ya, gue pindah posisi duduk dulu. Jangan muntah Rei!”
Ucap Haikal panik. Hehehe, ya iyalah, dia kan duduk dibawahku. Pastinya kalo
aku muntah, dia duluan yang kena.
Sekarang, Haikal bertumpu pada lututnya. Ia mengoleskan
minyak aromatherapy ke dahiku. Ia juga meminta plastik ke senior untuk
berjaga-jaga kalau aku mabuk perjalanan.
“Kal,
makasih ya. Lo emang sahabat terbaik gue!” bisikku.
Haikal menatapku sambil menyunggingkan bibirnya. Wajahnya
mengkilat dipenuhi keringat. Padahal udara di sini lumayan dingin. Ah, aku jadi
merasa bersalah karena sudah merepotkannya. Ia kembali duduk ke posisi semula.
Ia masih menatap mataku tanpa berkedip. Kalau begini, ekspresi wajahnya jadi
sangat lucu, hehehe.
“Rei..”
bisik Haikal.
“Apa?”
jawabku.
“Mmm,
gue.. gue.. mmm.. gimana ya? Mm..”
“Gimana
apanya? Mau ngomong apa?” Aku mendekatkan telingaku ke wajah Haikal. Suara
angin memang sedikit bising sehingga aku sulit mendengar bisikan Haikal.
Tiba-tiba, truk berguncang dengan sangat keras sehingga
orang-orang yang berada dalam truk langsung bertubrukan. Semua orang memasang
ekspresi kaget tak terkecuali Aku dan Haikal. Aku terjatuh kearah Haikal dan
punggung Haikal menghimpit tubuh kecil Fahri yang berada di belakangnya. Fahri
yang sejak tadi tertidur pulas pun langsung kaget dan mengira ada kecelakaan.
Kak Anne, senior OSIS pun menenangkan peserta LDKS dan
menjelaskan apa yang barusan terjadi. Ternyata kami baru saja melewati sungai
berbatu yang tidak ada jembatannya. Kami pun penasaran dan melongok ke bagian
belakang truk TNI yang terbuka.
“Wow, It’s amazing!” Teriak para peserta LDKS. Kami tidak
menyadari bahwa sejak tadi kami sudah berada di atas gunung yang jalannya
berkelak-kelok dan kami berada diantara tebing dan jurang. Sungai yang kami
lewati tadi ternyata mengalir dari mata air di puncak gunung dan terlihat berkelak-kelok
menuju lembah. Terlihat bayangan awan yang menutupi sebagian kecil pegunungan.
Wow, truk yang kami tumpangi seperti berjalan diatas langit!
“Ehm, romantis banget
sih.. yang disini jones nih, gerah wooy..” Ucap Kak Satya sambil mengerlingkan
matanya. Perhatian seisi mobil pun terpusat kepadaku. Aku merasa bingung.
Sesaat kemudian, aku menyadari bahwa tanganku masih bertumpu pada bahu Haikal!
Seiring dengan
sorak-sorak teman-teman, aku melepaskan genggamanku sambil menahan malu.
Sementara Haikal tertawa jail sambil menatapku.
“Oh, jadi Haikal jadian sama Reiselle? PJ nya dong dek,
hehehe.” Ucap Kak Anne.
“Ehm, anu kak, saya gak pacaran sama Haikal kok! Saya
cuma sahabatan sama dia. Iya kan Kal?” Ucapku sambil menahan malu.
Haikal terlihat kaget. “Eh, emm, maaf tadi kamu ngomong
apa?”
Aku merengut. Haikal nyebelin banget sih! Padahal kan dia
ada di dekat aku. Masa dia gak dengar apa yang barusan aku ucapin.